Foto: IMA/Ayunevitasari Tumang
Jika bunda mendengar kata Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) di Posyandu, pasti yang bunda bayangkan, makanan seperti kacang hijau,
kolak, atau kadang telor rebus. Benar sekali bunda, di sebagian besar posyandu
yang Gizi Tinggi kunjungi, PMT seragam dan sama: bubur kacang hijau, lagi dan
lagi. Memang gak ada menu lain kah?
Menarik bukan? Mengapa PMT bisa seragam di Posyandu? Tim
Gizi Tinggi pernah mencoba mewawancarai kader–kader posyandu mengenai
“keseragaman kacang hijau” di Posyandu. Ternyata menurut para kader, alasannya
sangat sederhana: kacang hijau paling mudah dimasak dan dengan biaya yang murah
pula. Tetapi, jika direnungkan kembali, tidak disemua tempat kacang hijau
murah, bahkan di banyak tempat kacang hijau lebih mahal dari beras atau produk
lokal lain seperti ikan misalnya.
Di Hari Kartini ini, kita akan melihat sosok ibu Fatimah
(40), yang sehari-hari bekerja sebagai perawat gigi di Puskemas Basarang,
Kecamatan Basarang, Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah. Namun selain itu, Ibu
Fatimah juga aktif dalam kegiatan PKK di desa Tambun Raya sebagai perannya
mendampingi suami tercinta Bapak Ponco Suko Bintoro yang saat ini
menjabat sebagai kepala desa Tambun Raya, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas
Kalteng.
Terdapat dua posyandu di desa tersebut, yaitu Posyandu
Teratai 1 dan Posyandu Teratai 2. Kedua posyandu tersebut melayani sekitar 135
balita. Di dua posyandu inilah, Ibu Fatimah aktif mengabdi, bersama dengan para
kader posyandu untuk memberikan penyadaran tentang gizi melalui PMT
“Para ibu itu, maunya dikasih contoh, disuruh mencoba
langsung, pas anaknya mau makan (PMT), baru mereka tertarik dan mau meniru,”
Kata Bu Fatimah mengawali ceritanya. Lanjutnya lagi,” PMT seharusnya bukan
hanya untuk dimakan, tapi itu ‘sampel’ bagaimana membuat makanan anak yang
sehat.”
Bunda yang cerdas, benar sekali yang disampaikan Ibu
Fatimah. Mungkin jika PMT yang berikan posyandu tujuanya tidak semata-mata
untuk penambah gizi balita, tapi itu adalah media penyuluhan bagi para ibu
tentang berbagai menu makanan keseharian yang sehat bagi balita.
Melanjutkan perbincangan dengan Ibu Fatimah tentang PMT
yang murah. Ini jawaban beliau,”Kacang hijau tidak murah juga, disini
(Kabupaten Basarang) tidak ada yang menanam kacang hijau, jadi masih tetap
harus beli. Yang baik itu kalau diproduksi di masyarakat, seperti buah naga di
sini melimpah, setiap pekarangan punya. Ikan juga.”
Ibu Fatimah bersama kader, tenaga kesehatan dan setempat
menginisiasi kegiatan Keluarga Bina Balita yang termasuk dalam gerakan Kampanye
Gizi Nasional. Pengenalan PMT berbasis pangan lokal dikampanyekan di kegiatan,
posyandu, kelas ibu dan pertemuan PKK. Semua program diusahakan dilakukan
dengan kemandirian, tanpa harus menunggu bantuan dana dari pihak lain. Berbagai
menu panganan lokal dihasilkan seperti: Puree Jagung Sayur Komplit, Bubur
Mutiara Ubi Ungu Ikan Patin, Nuget Tempe, Puding (Buah Naga, Pepaya, Durian dan
Semangka, Ubi Ungu dan Ubi Kuning) dan lainnya yang selalu dikreasikan bersama
kader setiap bulannya.
Foto: IMA/Ayunevitasari Tumang
Yang lebih menarik, setiap PMT dilakukan, para kader
selalu membagikan cara dan resep dari membuat PMT tersebut kepada para ibu–ibu,
sehingga mereka bisa mempraktekan langsung setelah di pulang ke rumah.
“Makanan dari posyandu (PMT) enak-enak, anak saya doyan
makanya. Bu Kader kasi tahu cara memasaknya, dan mudah (memasaknya), juga gak
perlu belanja lagi (bahan lokal),” ungkap mama Icha sembari menyuapi PMT pada
anak balitanya.
Kreatifitas dari Bu Fatimah adalah semangat Kartini yang
dapat kita harumkan dengan hal-hal yang sederhana. Apa yang ia lakukan juga
bisa menjadi sebuah panutan PMT (bahan penyuluhan), sebaiknya mulai dipikirkan.
Alih–alih berbusa–busa menjelaskan tentang makanan MPASI, lebih baik memberi
contoh, mengajak para ibu mengalami, dan merasakan sendiri. Maka sudah
dipastikan para ibu mau berubah.
Bunda, mari kita kurangi “kacang ijo-nisasi” di
posyandu, banyak pangan lokal yang bisa dipergunakan. Jika para bunda tertarik
tentang resep dan menu pangan lokal dari Bu Fatimah, bisa menghubungi kami
(melalui Facebook/Twitter/Instagram/Gizitinggi.org) kami akan meminta Bu
Fatimah untuk berbagi resep. Ayo Bunda mau?
Selamat Hari Kartini!
Sumber :http://gizitinggi.org/
0 comments:
Post a Comment