Sunday, April 23, 2017

Ibu Fatimah, Bu Kades yang Ingin Mengurangi “Kacang Ijo-nisasi” di Posyandu



Foto: IMA/Ayunevitasari Tumang
Jika bunda mendengar kata Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Posyandu, pasti yang bunda bayangkan, makanan seperti kacang hijau, kolak, atau kadang telor rebus. Benar sekali bunda, di sebagian besar posyandu yang Gizi Tinggi kunjungi, PMT seragam dan sama: bubur kacang hijau, lagi dan lagi. Memang gak ada menu lain kah?
Menarik bukan? Mengapa PMT bisa seragam di Posyandu? Tim Gizi Tinggi pernah mencoba mewawancarai kader–kader posyandu mengenai “keseragaman kacang hijau” di Posyandu. Ternyata menurut para kader, alasannya sangat sederhana: kacang hijau paling mudah dimasak dan dengan biaya yang murah pula. Tetapi, jika direnungkan kembali, tidak disemua tempat kacang hijau murah, bahkan di banyak tempat kacang hijau lebih mahal dari beras atau produk lokal lain seperti ikan misalnya.
Di Hari Kartini ini, kita akan melihat sosok ibu Fatimah (40), yang sehari-hari bekerja sebagai perawat gigi di Puskemas Basarang, Kecamatan Basarang, Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah. Namun selain itu, Ibu Fatimah juga aktif dalam kegiatan PKK di desa Tambun Raya sebagai perannya mendampingi suami tercinta Bapak Ponco Suko Bintoro  yang saat ini menjabat sebagai kepala desa Tambun Raya, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas Kalteng.
Terdapat dua posyandu di desa tersebut, yaitu Posyandu Teratai 1 dan Posyandu Teratai 2. Kedua posyandu tersebut melayani sekitar 135 balita. Di dua posyandu inilah, Ibu Fatimah aktif mengabdi, bersama dengan para kader posyandu untuk memberikan penyadaran tentang gizi melalui PMT
“Para ibu itu, maunya dikasih contoh, disuruh mencoba langsung, pas anaknya mau makan (PMT), baru mereka tertarik dan mau meniru,” Kata Bu Fatimah mengawali ceritanya. Lanjutnya lagi,” PMT seharusnya bukan hanya untuk dimakan, tapi itu ‘sampel’ bagaimana membuat makanan anak yang sehat.”
Bunda yang cerdas, benar sekali yang disampaikan Ibu Fatimah. Mungkin jika PMT yang berikan posyandu tujuanya tidak semata-mata untuk penambah gizi balita, tapi itu adalah media penyuluhan bagi para ibu tentang berbagai menu makanan keseharian yang sehat bagi balita.
Melanjutkan perbincangan dengan Ibu Fatimah tentang PMT yang murah. Ini jawaban beliau,”Kacang hijau tidak murah juga, disini (Kabupaten Basarang) tidak ada yang menanam kacang hijau, jadi masih tetap harus beli. Yang baik itu kalau diproduksi di masyarakat, seperti buah naga di sini melimpah, setiap pekarangan punya. Ikan juga.”
Ibu Fatimah bersama kader, tenaga kesehatan dan setempat menginisiasi kegiatan Keluarga Bina Balita yang termasuk dalam gerakan Kampanye Gizi Nasional. Pengenalan PMT berbasis pangan lokal dikampanyekan di kegiatan, posyandu, kelas ibu dan pertemuan PKK. Semua program diusahakan dilakukan dengan kemandirian, tanpa harus menunggu bantuan dana dari pihak lain. Berbagai menu panganan lokal dihasilkan seperti: Puree Jagung Sayur Komplit, Bubur Mutiara Ubi Ungu Ikan Patin, Nuget Tempe, Puding (Buah Naga, Pepaya, Durian dan Semangka, Ubi Ungu dan Ubi Kuning) dan lainnya yang selalu dikreasikan bersama kader setiap bulannya.
Foto: IMA/Ayunevitasari Tumang
Yang lebih menarik, setiap PMT dilakukan, para kader selalu membagikan cara dan resep dari membuat PMT tersebut kepada para ibu–ibu, sehingga mereka bisa mempraktekan langsung setelah di pulang ke rumah.
“Makanan dari posyandu (PMT) enak-enak, anak saya doyan makanya. Bu Kader kasi tahu cara memasaknya, dan mudah (memasaknya), juga gak perlu belanja lagi (bahan lokal),” ungkap mama Icha sembari menyuapi PMT pada anak balitanya.
Kreatifitas dari Bu Fatimah adalah semangat Kartini yang dapat kita harumkan dengan hal-hal yang sederhana. Apa yang ia lakukan juga bisa menjadi sebuah panutan PMT (bahan penyuluhan), sebaiknya mulai dipikirkan. Alih–alih berbusa–busa menjelaskan tentang makanan MPASI, lebih baik memberi contoh, mengajak para ibu mengalami, dan merasakan sendiri. Maka sudah dipastikan para ibu mau berubah.
Bunda, mari kita kurangi “kacang ijo-nisasi” di posyandu, banyak pangan lokal yang bisa dipergunakan. Jika para bunda tertarik tentang resep dan menu pangan lokal dari Bu Fatimah, bisa menghubungi kami (melalui Facebook/Twitter/Instagram/Gizitinggi.org) kami akan meminta Bu Fatimah untuk berbagi resep. Ayo Bunda mau?
Selamat Hari Kartini!

 Sumber :http://gizitinggi.org/

0 comments:

Post a Comment