Pelatihan Keluarga Sehat Bagi Petugas Puskesmas Angkatan I

Pelatihan Keluarga Sehat Bagi Petugas Puskesmas Angkatan I Kab. Batanghari di Bapelkes Jambi pada 10 s/d 14 April 2017

Pembinaan dan Penyuluhan PHBS Sekolah

pembinaan dan penyuluhan bagi warga SDN 123 Desa Selat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Orientasi Terpadu Kesling Kab. Batanghari 2017

Orientasi Terpadu kesling kab. Batanghari diselenggarakan di Muara Bulian pada 4-7 April 2017

Lomba Dokter Kecil Puskesmas Selat

Foto Bersama Juara I, II dan III Dokter Kecil Puskesmas Selat

Media promosi kesehatan

Poster-poster yang diletakkan di ruang tunggu polindes yang sangat berguna sebagai media promosi kesehatan

Sunday, April 23, 2017

Kenali Gejala TBC pada Anak


Anak yang tengah dalam masa pertumbuhan bisa saja mengalami hambatan, karena sering sakit-sakitan.Pertumbuhan yang terhambat bisa menyebabkan stanting. Salah satu penyebab anak sering sakit yaitu karena penyakit infeksi. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang bisa menyerang anak. Apalagi penyakit ini di Indonesia masih merupakan penyakit endemis karen sayangnya, tuberkulosis sering diidentikkan dengan kekurangan gizi, mereka yang tinggal di daerah kumuh, atau kemiskinan.
Penyakit ini bukan hanya bisa terjadi pada orang dewasa, tetapi dapat juga terjadi pada anak-anak. Alhasil banyak yang merasa gengsi atau malu ketika seseorang mengalami penyakit ini. Tidak hanya orang dewasa yang perlu mewaspadai TBC. Terlebih khusus anak-anak harus mewaspadai penyakit ini. Penyakit ini bisa timbul oleh anak yang mengisap udara yang mengadung kuman TBC. Beberapa gejala awalnya adalah si kecil gampang jatuh sakit, batuk terus-terusan, atau berat badan turun tanpa sebab.
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular. TBC pada anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Sehingga pada saat batuk, percikan ludahnya akan mengandung kuman. Kuman inilah yang biasanya terhisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru. Hal inilah yang membuat semakin banyak anak-anak yang terinfeksi dengan TBC.
Sementara itu masalah kurang gizi pada anak menjadi salah faktor yang sangat penting akan terjadinya penularan TBC yang meningkat pada anak-anak. Penyakit kurang gizi bahkan gizi buruk tidak hanya diderita anak yang hidup di bawah garis kemiskinan. “Mereka yang mampu juga bisa terkena penyakit ini. Penyebab kurang gizi tidak sebatas kemiskinan. “Bisa juga karena problem pencernaan yang tidak dapat menyerap asupan gizi secara baik,”. Balita penderita kurang gizi biasanya disertai penyakit penyerta seperti tuberculosis (TBC) dan bronkhitis. Hal ini tentu tidak terlepas dari peranan orang tua dimana sering kali terjadinya kurang gizi pada anak adalah keengganan orang tua untuk membawa balitanya ke posyandu untuk diperiksa perkembangan kesehatannya.
Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun. WHO memperkirakan bahwa TB merupakan penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan menyebabkan kematian pada anak dan orang dewasa. Jumlah seluruh kasus TB anak dari tujuh Rumah sakit (RS) Pusat pendidikan d Indonesia adalah 5 tahun (1998-2002) adalah1086 penyandang TB dengan angka kematian yang bervariasi dari 0%-14,1%. Kelompok usia terbanyak adalah 12-60 bulan (42,9%), sedangkan untuk bayi <12 bulan didapatkan 16,5%.
Sumber: Kompasiana dan Dr. Darryl Virgiawan Tanod


Dari 12 Menjadi 17, Inilah Indikator Keluarga Sehat Versi Pontianak


Dinas Kesehatan Kota Pontianak, mengumpulkan para tokoh masyarakat dan kader posyandu untuk pertemuan dengan Sekjend Kemenkes RI dalam rangka sosialisasi mengenai Implementasi Program Indonesia Sehat Melalui Pendekatan Keluarga.
Kepala Dinkes, Sidiq Handanu, menyebutkan perlunya diundang masyarakat tersebut karena memang ini strategi yang dilakukan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pendekatan keluarga.
“Ini berkaitan dengan suatu pendekatan dalam membangun kesehatan keluarga di Indonesia termasuk Pontianak. Ini merupakan pendekatan baru dalam membangun kesehatn masyarakat yaitu dengan pendekatan keluarga,” ucap Handanu, Senin (3/4/2017).
Dijelaskan Handanu, dengan adanya pendekatan keluarga tersebut, Itu artinya setiap keluarga akan di identifikasi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi derajat kesehatannya.
“Itu ada 12 indikator keluarga sehat kalau ditingkat nasional. Namun untuk di Pontianak kita tambahkan menjadi 17. Kita tambahkan lima indikator lokal, terutama yang masih menjadi perhatian serius,” tambahnya.
Kadiskes tersebut menambahkan dalam menjalankan ini juga bersama-sama guna memberikan tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Dijelaskan, penyelenggaraan program Idonesia sehat dilakukan dengan pendekatan keluarga dan ditetapkan 12 indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga. Indikator-indikator sebagai penanda status kesehatan keluarga tersebut adalah pertama, keluarga mengikuti program keluarga berencana.
Selanjutnya,  ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan.
Ketiga, bayi mendapat imunisasi dasar lengkap.
Keempat, bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif. Kelima, balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan. Keenam, penderita tiberculosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar.
Ketujuh, penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur. Kedelapan, penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan. Kesembilan, anggota tidak ada yang merokok.
Kesepuluh, keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional. Kesebelas, keluarga memupunyai akses sarana air bersih, dan kedua belas, keluarga menggunakan jamban sehat
Sedangkan indikator yang ditambahkan oleh Kota Pontianak satu diantaranya, keluarga bebas jentik, cuci tangan pakai sabun, sikat gigi dengan benar, pemeriksaan kehamilan, dan pengobatan diabetes.
Ia juga menjabarkan teknis lapangan mengenai hal tersebut dimana setiap keluarga akan didatangi petugas yang sudah terlatih, berasal dari perguruan tinggi dan lulusan perguruan tinggi bidang kesehatan.
“Kita akan menanyai mengenai indikator keluarga sehat tersebut dan memberikan penyuluhan dan motovasi. Misalnya kalah ia ada bayi apakah setiap bulan selalu ditimbang dan sudahkah diberi imunisasi. Kemudian data yang ada akan dievaluasi,” ucapnya.
Sedangkan untuk tenaga yang akan diturunkan Handanu, sebut setiap Puskesmas minimal ada 10 tenaga survey tersebut.
Saat ini dikatakannya sebetulnya indikator yang ada untuk Kota Pontianak sudah diatas rata-rata dan memang harus terus ditingkatkan lagi.
“Ada beberapa yang harus didorong lagi, seperti keluarga bebas jentik, kebiasan merokok,” pungkas Handanu.

 Sumber : http://kesmas-id.com/

Menkes Komitmen Lakukan Reformasi Kesehatan, Implementasinya Dengan Program Germas


Menteri Kesehatan Nila F Moeloek berkomitmen melakukan reformasi kesehatan untuk menjamin seluruh masyarakat mendapatkan hak yang sama dalam pelayanan kesehatan. Implementasinya dengan program Indonesia Sehat dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
“Organisasi kesehatan dunia WHO gunakan istilah reformasi kesehatan. Di Indonesia dengan Indonesia Sehat. Guna mencapai terwujudnya masyarakat sehat, mandiri, dan berkeadilan. Program pertama Health Coverage supaya masyarakat yang menderita miskin tak makin miskin dengan Jaminan Kesehatan Nasional,” jelasnya dalam Seminar dan Lokakarya Kesehatan di Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Kamis (20/4).
Nila menyebutkan sejumlah masalah kesehatan di Indonesia terdiri dari gabungan masalah Angka Kematian Ibu (AKI), anak kurang gizi, angka penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC dan malaria yang tak terkendali. Belum lagi dalam satu dekade terakhir makin berat terjadinya penyakit tak menular seperti diabetes, hipertensi, dan gagal ginjal.
“Satu dekade ini makin berat penyakit tak menular yang menyerang semua kalangan. Strata ekonomi paling rendah punya prevalensi paling banyak. Ini paling banyak habiskan biaya APBN sebesar 30 persen di rumah sakit,” papar Nila.
Perubahan promosi kesehatan dilakukan dengan penyediaan air bersih, rumah layak huni, batasi konsumsi lemak, garam, dan gula serta menekan jumlah perokok. Kampanye Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga terus dilakukan. “Reformasi bidang kepemimpinan dan tata kelola. Keharmonisan antara pemerintah pusat dan daerah,” tegasnya.
Nila menambahkan tindakan pencegahan penyakit diperlukan dengan dibagi menjadi tiga strata layanan kesehatan yaitu primer, sekunder, dan tersier. Masyarakat diminta untuk datang ke dokter layanan primer terlebih dahulu di fasilitas kesehatan pertama seperti klinik dan puskesmas.
“Layanan primer yaitu kontak pertama pasien dalam rangka pencegahan penyakit. Sekunder yaitu layanan spesialistik dan tersier layanan subspesialistik. Sekunder dan tersier dilakukan di rumah sakit. Sehingga sistem rujukan berjenjang ini bisa efektif dilakukan,” tutupnya.
Sumber : http://kesmas-id.com/

Pelatihan Jabatan Fungsional Tertentu Rumpun Kesehatan Di BAPELKES


Analis Diklat at Bapelkes DIY
Di dalam UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara pada pasal 70, Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi, Pengembangan kompetensi tersebut antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus, dan penataran, oleh sebab itu pelatihan bagi ASN menjadi penting dan strategis guna mewujudkan aparatur yang benar-benar mampu menggerakkan roda system pelayanan pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Sebagai institusi pelatihan yang telah terakreditasi penuh dari Pusat Pelatihan SDM Kesehatan Badan PPSDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Dinas Kesehatan DIY adalah satu-satunya institusi penyelenggara pelatihan kesehatan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, sesuai dengan tugas dan fungsinya maka pelatihan kesehatan diselenggarakan oleh Bapelkes DIY dan khususnya Pelatihan Jabatan Fungsional Tertentu rumpun kesehatan di wilayah DIY diselenggarakan wajib di Bapelkes DIY berdasar Permenkes RI Nomor 78 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan.
Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada kehalian/ dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Dalam rangka mencapai tujuan nasional, dibutuhkan adanya Pegawai Negeri Sipil dengan mutu profesionalisme yang memadai, berdayaguna dan berhasilguna di dalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Pegawai Negeri Sipil perlu dibina dengan sebaik-baiknya atas dasar system karier dan prestasi kerja.

Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam tugas-tugas pokok dalam organisasi Pemerintah. Jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan, kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit.
Jabatan fungsional keahlian adalah kedudukan yang menunjukkan tugas yang dilandasi oleh pengetahuan, metodologi dan teknis analisis yang didasarkan atas disiplin ilmu yang bersangkutan dan/ atau berdasarkan sertifikasi yang setara dengan keahlian dan ditetapkan berdasarkan akreditasi tertentu.
Sedangkan jabatan fungsional ketrampilan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas yang mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu serta dilandasi kewenangan penanganan berdasarkan sertifikasi yang ditentukan.
Jabatan fungsional dan angka kredit jabatan fungsional ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara dengan memperhatikan usul dari pimpinan instansi pemerintahan yang bersangkutan, yang selanjutnya bertindak sebagai Pembina jabatan fungsional.
Secara umum jabatan fungsional dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI nomor 16 tahun 1994. Peraturan tersebut menegaskan tugas seorang pejabat fungsional didasarkan pada keahlian atau keterampilan tertentu dan bersifat mandiri.
Salah satu diantara sekian banyak jabatan fungsional yang ada adalah jabatan fungsional kesehatan. Jabatan fungsional kesehatan merupakan suatu bentuk pengakuan dari pemerintah atas kemampuan orang yang bersangkutan secara intelektual dan emosional. Sedangkan kemandirian merupakan salah satu ciri dari dimensi kematangan seseorang yang dapat dilihat dari perubahan yang tadinya penuh ketergantungan menjadi mandiri.
Dalam mencapai dimensi kematangan seseorang untuk bekerja pada suatu institusi, perlu ditunjang dengan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sehingga seorang JFT lebih meningkatkan diri dalam bekerja, khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan slogan Kabinet Presiden Jokowi yaitu Kerja, Kerja dan Kerja.

Jabatan fungsional kesehatan akan memberikan peluang untuk berkiprah lebih baik di bidang kesehatan. Karir seorang pejabat fungsional sangat ditentukan oleh kinerjanya sendiri dan memungkinkan untuk memburu kenaikan pangkat yang lebih cepat pada setiap dua tahun. Lebih menguntungkan disbanding jabatan structural dengan formasi terbatas.
Pelatihan adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme dan atau menunjang pengembangan karier tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Keberadaan jabatan fungsional dalam organisasi memiliki posisi yang sangat vital. Perubahan lingkungan organisasi yang begitu cepat menuntut setiap pejabat fungsionel melaksanakan tugas secara profesional sesuai kompetensi yang dimiliki. Pengembangan jabatan fungsional berbasis kompetensi dilakukan agar setiap pejabat fungsional meningkatkan kinerjanya sesuai dengan tujuan dan sasaran oragnisasi dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Kompetensi menyangkut kewenangan setiap individu untuk melakukan tugas atau mengambil keputusan sesuai dengan perannya dalam organisasi yang relevan dengan pengetahuan, kehalian, dan kemampuan yang dimiliki serta menjunjung tinggi etika profesi.
Jenis-jenis Jabatan Fungsional Tertentu Rumpun Kesehatan
Terdapat 28 jenis jabatan fungsional rumpun kesehatan di bawah pembinaan teknis Kementerian Kesehatan, dan bersama-sama dengan Kemeterian PAN RB terkait dengan regulasi dan ketentuan secara administratifnya, terkait dengan penilaian angka kredit dan persyaratan lainnya.
Adapun ke 28 jenis jabatan fungsional tersebut adalah sebagai berikut:
1.       Administrator kesehatan
2.       Apoteker
3.       Asisten apoteker
4.       Bidan
5.       Dokter
6.       Dokter gigi
7.       Epidemiolog kesehatan
8.       Entomology kesehatan
9.       Fisioterapis
10.   Nutrisionis
11.   Okupasi terapis
12.   Ortosis prosthesis
13.   Penyuluh kesehatan masyarakat
14.   Perawat
15.   Perawat gigi
16.   Perekam medis
17.   Pranata lab. Kes
18.   Radiographer
19.   Refraksionis optisien
20.   Sanitarian
21.   Teknik elektromedis
22.   Terapis wicara
23.   Teknisi gigi
24.   Teknik transfusi darah
25.   Fisikawan medis
26.   Psikolog klinis
27.   Dokter pendidik klinis
28.   Pembimbing kesehatan kerja

Pelaksanaan
Pelaksanaan pelatihan bagi jabatan fungsional tertentu kesehatan terdiri dari pelatihan pengangkatan pertama, pelatihan dasar dan pelatihan berjenjang serta pelatihan yang mendukung bagi jabatan fungsional tersebut. Pelaksanaan pelatihan diselenggarakan oleh dan di Bapelkes.
Pelatihan jabatan fungsional pengangkatan pertama adalah prasyarat bagi PNS/ASN untuk diangkat dalam jabatan fungsional kesehatan tertentu. Pelatihan dasar merupakan prasyarat untuk tetap dapat menduduki jabatn fungsional kesehatan tertentu dan pelatihan berjenjang juga merupakan prasyarat bagi JFT untuk naik ke jenjang jabatan setingkat lebih tinggi atau dari terampil ke jenjang ahli. Sedangkan pelatihan yang mendukung jabatan fungsional tersebut adalah pelatihan teknis yang meliputi kategori pelatihan manajemen kesehatan, pelatihan upaya kesehatan, pelatihan penunjang fungsional dan pelatihan teknis profesi. Di dalam pelatihan ini sertifikat pelatihan sesuai dengan ketentuan dan kepadanya diberikan nilaui atas jam pelajaran yang telah diikuti dalam pelatihan tersebut yang dapat dimasukkan dalam usulan penilaian angka kredit yang masuk dalam kelompok penilaian utama.
Bapelkes DIY telah melatih para calon dan peserta yang telah menduduki jabatan fungsional tertentu rumpun kesehatan baik pengangkatan pertama, pelatihan dasar maupun pelatihan berjenjang bagi aparatur di seluruh wilayah DIY, dan akan membuka pelatihan bagi calon atau pejabat fungsional untuk seluruh PNS yang berminat secara mandiri.

 Sumber : http://kesmas-id.com/

Mengapa Bayi Usia 0-6 Bulan Tidak Perlu Diberikan Air Putih


Mengapa Bayi Usia 0-6 Tidak Perlu Diberikan Air Putih
Air putih memang sangat bermanfaat agar kita tetap sehat dan bugar. Tetapi, hal ini tidak berlaku untuk si kecil, terutama ketika ia masih di usia 0 sampai 6 bulan. Sayangnya, masih banyak orang tua yang memberikan air putih kepada bayinya tanpa mengetahui risiko yang ada. Alasan yang paling sering didengar adalah agar bayi tidak haus setelah minum ASI.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa air putih jangan diberikan ke bayi yang masih berusia kurang dari 6 bulan, menurut dr. Utami Roesli, Sp.A., MBA., CIML, IBCLC yang seorang dokter spesialis anak dan ketua Sentra Laktasi Indonesia.
·Sistem tubuh si kecil di usia ini masih belum matang, dan yang dikhawatirkan adalah air yang tidak higenis. Bayi akan berisiko terkena paparan bakteri dan bahan mineral seperti fluoride yang dapat mengganggu perkembangannya.

·Ginjal si kecil yang belum tumbuh sempurna akan meningkatkan pengeluaran sodium dan natritum dari tubuhnya. Jika ini terus terjadi, si kecil akan mengalami dehidrasi alias kehilangan elektrolit di dalam tubunya. Elektrolit seperti natrium atau sodium sebenarnya menjaga sistem metabolisme si kecil. Jika ia kekurangan sodium, ada risiko kejang karena sodium sangat mempengaruhi aktivitas otaknya.

·Ginjal adalah organ tubuh yang mengatur keseimbangan cairan di dalam tubuh. Namun, walaupun ginjal sudah terbentuk, fungsinya belum sempurna seperti orang dewasa. Lain halnya pada anak dan orang dewasa, ginjal sudah mengatur asupan cairan masuk dengan yang dikeluarkanm. Misalnya, kalau banyak minum, ginjalakan mengatur sehingga berkemihnya sering. Pada saat ada hawa dingin, kita akan lebih sering buang air kecil.

·Intinya, ginjal mengatur keseimbangan cairan/elektrolit dalam tubuh, semisal natrium, kalsium, dan lainnya. Tapi jika kejadiannya saat ginjal belum sempurna kerjanya sudah diberi air putih, tubuh bayi akan kelebihan air atau “keracunan” air. Karena air yang masuk tidak bisa diseimbangkan dengan yang dikeluarkan.

Oleh karena itu, sumber air minum untuk si kecil hanyalah ASI sampai ia berusia 6 bulan karena semua kebutuhan gizi untuk perkembangan optimal sudah ada di dalamnya.

Sumber: Nakita.id

Ibu Fatimah, Bu Kades yang Ingin Mengurangi “Kacang Ijo-nisasi” di Posyandu



Foto: IMA/Ayunevitasari Tumang
Jika bunda mendengar kata Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Posyandu, pasti yang bunda bayangkan, makanan seperti kacang hijau, kolak, atau kadang telor rebus. Benar sekali bunda, di sebagian besar posyandu yang Gizi Tinggi kunjungi, PMT seragam dan sama: bubur kacang hijau, lagi dan lagi. Memang gak ada menu lain kah?
Menarik bukan? Mengapa PMT bisa seragam di Posyandu? Tim Gizi Tinggi pernah mencoba mewawancarai kader–kader posyandu mengenai “keseragaman kacang hijau” di Posyandu. Ternyata menurut para kader, alasannya sangat sederhana: kacang hijau paling mudah dimasak dan dengan biaya yang murah pula. Tetapi, jika direnungkan kembali, tidak disemua tempat kacang hijau murah, bahkan di banyak tempat kacang hijau lebih mahal dari beras atau produk lokal lain seperti ikan misalnya.
Di Hari Kartini ini, kita akan melihat sosok ibu Fatimah (40), yang sehari-hari bekerja sebagai perawat gigi di Puskemas Basarang, Kecamatan Basarang, Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah. Namun selain itu, Ibu Fatimah juga aktif dalam kegiatan PKK di desa Tambun Raya sebagai perannya mendampingi suami tercinta Bapak Ponco Suko Bintoro  yang saat ini menjabat sebagai kepala desa Tambun Raya, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas Kalteng.
Terdapat dua posyandu di desa tersebut, yaitu Posyandu Teratai 1 dan Posyandu Teratai 2. Kedua posyandu tersebut melayani sekitar 135 balita. Di dua posyandu inilah, Ibu Fatimah aktif mengabdi, bersama dengan para kader posyandu untuk memberikan penyadaran tentang gizi melalui PMT
“Para ibu itu, maunya dikasih contoh, disuruh mencoba langsung, pas anaknya mau makan (PMT), baru mereka tertarik dan mau meniru,” Kata Bu Fatimah mengawali ceritanya. Lanjutnya lagi,” PMT seharusnya bukan hanya untuk dimakan, tapi itu ‘sampel’ bagaimana membuat makanan anak yang sehat.”
Bunda yang cerdas, benar sekali yang disampaikan Ibu Fatimah. Mungkin jika PMT yang berikan posyandu tujuanya tidak semata-mata untuk penambah gizi balita, tapi itu adalah media penyuluhan bagi para ibu tentang berbagai menu makanan keseharian yang sehat bagi balita.
Melanjutkan perbincangan dengan Ibu Fatimah tentang PMT yang murah. Ini jawaban beliau,”Kacang hijau tidak murah juga, disini (Kabupaten Basarang) tidak ada yang menanam kacang hijau, jadi masih tetap harus beli. Yang baik itu kalau diproduksi di masyarakat, seperti buah naga di sini melimpah, setiap pekarangan punya. Ikan juga.”
Ibu Fatimah bersama kader, tenaga kesehatan dan setempat menginisiasi kegiatan Keluarga Bina Balita yang termasuk dalam gerakan Kampanye Gizi Nasional. Pengenalan PMT berbasis pangan lokal dikampanyekan di kegiatan, posyandu, kelas ibu dan pertemuan PKK. Semua program diusahakan dilakukan dengan kemandirian, tanpa harus menunggu bantuan dana dari pihak lain. Berbagai menu panganan lokal dihasilkan seperti: Puree Jagung Sayur Komplit, Bubur Mutiara Ubi Ungu Ikan Patin, Nuget Tempe, Puding (Buah Naga, Pepaya, Durian dan Semangka, Ubi Ungu dan Ubi Kuning) dan lainnya yang selalu dikreasikan bersama kader setiap bulannya.
Foto: IMA/Ayunevitasari Tumang
Yang lebih menarik, setiap PMT dilakukan, para kader selalu membagikan cara dan resep dari membuat PMT tersebut kepada para ibu–ibu, sehingga mereka bisa mempraktekan langsung setelah di pulang ke rumah.
“Makanan dari posyandu (PMT) enak-enak, anak saya doyan makanya. Bu Kader kasi tahu cara memasaknya, dan mudah (memasaknya), juga gak perlu belanja lagi (bahan lokal),” ungkap mama Icha sembari menyuapi PMT pada anak balitanya.
Kreatifitas dari Bu Fatimah adalah semangat Kartini yang dapat kita harumkan dengan hal-hal yang sederhana. Apa yang ia lakukan juga bisa menjadi sebuah panutan PMT (bahan penyuluhan), sebaiknya mulai dipikirkan. Alih–alih berbusa–busa menjelaskan tentang makanan MPASI, lebih baik memberi contoh, mengajak para ibu mengalami, dan merasakan sendiri. Maka sudah dipastikan para ibu mau berubah.
Bunda, mari kita kurangi “kacang ijo-nisasi” di posyandu, banyak pangan lokal yang bisa dipergunakan. Jika para bunda tertarik tentang resep dan menu pangan lokal dari Bu Fatimah, bisa menghubungi kami (melalui Facebook/Twitter/Instagram/Gizitinggi.org) kami akan meminta Bu Fatimah untuk berbagi resep. Ayo Bunda mau?
Selamat Hari Kartini!

 Sumber :http://gizitinggi.org/

Pemantauan dan Pembinaan PHBS di SDN No. 81 Desa Pulau Raman

              Setiap orang pasti menginginkan tubuh yang selalu bersih dan sehat. Karena dengan memiliki tubuh yang bersih dan sehat, maka setiap kegiatan dan aktivitas yang dilakukan akan berjalan optimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Namun, seringkali kita dihadapkan pada situasi yang kurang memungkinkan sehingga kegiatan dan aktivitas yang kita lakukan tertunda. Salah satu kendala yang sering kita hadapi adalah masalah kesehatan. 
             Sadar atau tidak, kesehatan merupakan salah satu aspek yang langsung berhubungan dengan kehidupan manusia. Kita bisa menikmati hidup dengan nyaman jika memiliki badan yang sehat. Namun untuk mendapatkan badan yang sehat, kita perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Hal ini perlu dilakukan karena mengingat banyak orang yang dalam menjaga kebersihan dan kesehatan diri masih saja ada yang lalai. Padahal, suatu hal yang berawal dari kelalaian, baik kecil atau besar akan berdampak bagi diri sendiri dan orang lain.

Sekolah selain sebagai tempat menuntut ilmu diharapkan dapat menjadi agen perubahan perilaku yang mendukung kesehatan di sekolah pula berbagai pengalaman dapat kita terapkan dengan harapan akan dapat diikuti sampai menjadi kebiasaan yang selanjutnya menjadi budaya yang baik.
            Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru,dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu ,mau dan mampu mempraktikan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.   Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun) yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS.
         PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang di praktekan oleh peserta didik ,guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran ,sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit , meningkatkan kesehatanya ,serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Pada hari Rabu, 19 April 2017 dilaksanakan kegiatan pemantauan dan pembinaan PHBS di SD Negeri No.81 Desa Pulau Raman. Pada tahapan kegiatan pemantauan dilakukan penilaian/ analisa masalah dengan cara observasi langsung melihat kondisi sarana dan prasarana penunjang PHBS sekolah serta wawancara dengan menggunakan lembar ceklis. Setelah menemukan masalah selanjutnya adalah mencari/ menganalisa penyebab masalah tersebut sehingga dapat dilakukan tindak lanjut dan intervensi. Ada 8 indikator PHBS Sekolah.

Kedelapan Indikator tersebut adalah :

  1. Cuci tangan pakai Sabun dan air mengalir
  2. Jajan di kantin sekolah yang sehat
  3. Membuang sampah pada tempat sampah 
  4. Mengikuti kegiatan olahraga 
  5. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
  6. Menggunakan Jamban Sehat
  7. Memberantas Jentik nyamuk di sekolah
  8. Tidak merokok di sekolah



Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa SD Negeri 81 Desa Pulau Raman telah sangat baik dalam melaksanakan PHBS. Sekolah telah menyediakan tempat cuci tangan dan air bersih yang mengalir. Fasilitas jamban sehat permanen juga telah ada dan dalam kondisi yang  bersih dan terawat. Tempat pembuangan sampah juga tersedia dan dalam kondisi yang baik. 





Para siswa/i juga tidak ada yang merokok dan secara teratur mengikuti kegiatan olahraga. dan siswa/i telah melaksanakan pemberantasan jentik nyamuk dan tidak ditemukannya jentik nyamuk di tempat penampungan air bersih.

Sekolah juga telah membangun tempat penampungan sementara yang permanen terbuat dari beton, meskipun ada beberapa catatan yaitu masih terdapatnya sampah yang berserakan di dekat TPS tersebut.




 Kemudian untuk kantin sekolah, meskipun sekolah belum memiliki kantin sekolah kategori sehat dan permanen, tetapi menu jajanan yang  disediakan oleh penjaja makanan adalah makanan yang baik, tidak ada yang kadaluarsa dan juga dimasak sendiri, untuk itu dilakukan pembinaan kepada penjual jajanan agar dalam proses pengolahan makanan tersebut senantiasa memperhatikan dan berperilaku PHBS. 

Setelah kegiatan pemantauan, selanjutnya dilakukan penyuluhan kepada siswa/i kelas 5 tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Harapannya perilaku tersebut dapat diterapkan baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.



Saturday, April 22, 2017

Pemantauan dan Pembinaan di PHBS SDN N0. 27/I Desa Ture

           Sekolah selain sebagai tempat menuntut ilmu diharapkan dapat menjadi agen perubahan perilaku yang mendukung kesehatan di sekolah pula berbagai pengalaman dapat kita terapkan dengan harapan akan dapat diikuti sampai menjadi kebiasaan yang selanjutnya menjadi budaya yang baik.
            Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) disekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru,dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu ,mau dan mampu mempraktikan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.   Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun) yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS.
         PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang di praktekan oleh peserta didik ,guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran ,sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit , meningkatkan kesehatanya ,serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Pada hari senin, 04 April 2017 dilaksanakan kegiatan pemantauan dan pembinaan PHBS di SD Negeri No. 27/1 Desa Ture. Pada tahapan kegiatan pemantauan dilakukan penilaian/ analisa masalah dengan cara observasi langsung melihat kondisi sarana dan prasarana penunjang PHBS sekolah serta wawancara dengan menggunakan lembar ceklis. Setelah menemukan masalah selanjutnya adalah mencari/ menganalisa penyebab masalah tersebut sehingga dapat dilakukan tindak lanjut dan intervensi. Ada 8 indikator PHBS Sekolah.

Kedelapan Indikator tersebut adalah :
  1. Cuci tangan pakai Sabun dan air mengalir
  2. Jajan di kantin sekolah yang sehat
  3. Membuang sampah pada tempat sampah 
  4. Mengikuti kegiatan olahraga 
  5. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
  6. Menggunakan Jamban Sehat
  7. Memberantas Jentik nyamuk di sekolah
  8. Tidak merokok di sekolah

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa SD Negeri 27/1 Desa Ture telah cukup baik melaksanakan PHBS. Sekolah telah menyediakan tempat cuci tangan yang baik, tempat membuang sampah dan jamban yang sehat. 

Para siswa/i juga tidak ada yang merokok dan secara teratur mengikuti kegiatan olahraga. Namun, ada beberapa catatan penting yaitu sekolah belum memiliki tempat penampungan sampah sementara permanen yang terbuat dari beton, sehingga sampah masih berserakan.


 untuk itu kami telah menyarankan untuk membuat tempat penampungan sampah sementara. Kemudian untuk sarana Jamban, meskipun telah tersedia jamban yang permanen akan tetapi kebersihannya masih kurang terawat, untuk itu dilakukan penyuluhan kepada siswa/i kelas 5 tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. harapannya perilaku tersebut dapat diterapkan baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.